Solo (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengirimkan mahasiswa fisioterapi ke Mahidol University, Thailand untuk meningkatkan kompetensi global.
Pada kegiatan tersebut, Program Pendidikan Profesi Fisioterapis UMS mengirimkan dua mahasiswanya dalam program student exchange. Kepala Program Pendidikan Profesi Fisioterapis, Dwi Rosella Komalasari, S.Fis., Ftr., M.Fis., Ph.D., di Solo, Jawa Tengah, Selasa mengatakan kegiatan ini merupakan implementasi kerja sama internasional antara Prodi Profesi Fisioterapis UMS dan Faculty of Physical Therapy Mahidol University yang telah rutin dilaksanakan setiap tahun.
Dua mahasiswa yang terpilih, yakni Muhammad Mukhlis Cahyadi dan Muhammad Raihan Maulidan. Keduanya berhasil lolos dari seleksi ketat dan berkesempatan mengikuti program ini selama empat minggu, terhitung sejak 2-28 Juni 2025.
“Program ini bertujuan meningkatkan kompetensi klinis mahasiswa, memperdalam pemahaman evidence-based practice, serta membangun jejaring akademik dan profesional antarnegara,” katanya.
Pada program tersebut, para mahasiswa mendapatkan kesempatan berharga dengan mengamati dan terlibat langsung dalam pelayanan fisioterapi berbasis bukti ilmiah, mengenal sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan di Thailand, meningkatkan keterampilan komunikasi lintas budaya, serta menjalin jejaring profesional dengan mahasiswa, dosen, dan praktisi dari institusi mitra.
Beragam agenda dijalankan dalam program ini, antara lain observasi praktik dan laboratorium, kunjungan layanan kesehatan komunitas, praktik dan diskusi kasus di klinik musculoskeletal, neuromuskular, pediatric, dan women’s health di Salaya dan Pinklau, serta Siriraj Hospital, serta kelas diskusi tentang pendekatan terapi dan teknologi terapi terkini.
“Semoga program students exchange tidak hanya di Faculty of Physical Therapy Mahidol University saja. Tahun depan bisa menambah universitas lain di luar negeri untuk program student exchange,” katanya.
Ia juga berharap ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama student exchange dapat dipraktikkan dan ditularkan untuk teman-teman lainnya.
“Harapannya, mahasiswa juga siap bersaing dengan fisioterapis dari luar negeri,” katanya.
Sementara itu, Mukhlis juga membagikan ceritanya ketika mengikuti program pertukaran pelajar. Salah satu momen yang paling berkesan bagi mereka yaitu saat kunjungan ke rumah pasien dalam rangka community home health care.
“Kami tidak hanya memberikan intervensi, tetapi juga belajar budaya masyarakat lokal serta memberikan edukasi terkait pentingnya faktor lingkungan dalam proses penyembuhan,” katanya.
Dari kunjungan ini, Mukhlis maupun Raihan menilai banyak hal yang bisa diadopsi dan diterapkan di Indonesia. Khususnya dalam hal sistem dokumentasi, alur pelayanan yang efisien, serta penggunaan teknologi terapi seperti Movement Analysis, Peripheral Magnetic Stimulation (PMS), dan alat terapi modern lainnya.
Selama program berlangsung, mereka juga belajar langsung di berbagai laboratorium seperti Laboratorium Neurologi, Kardiovaskular, dan Sport Therapy yang dilengkapi dengan protokol terapi berstandar tinggi. Mereka bahkan mendapat kesempatan mengunjungi Siriraj Hospital, rumah sakit terkemuka di Thailand, yang memiliki fasilitas lengkap dalam penanganan kasus stroke.
“Kami mendapatkan banyak manfaat, baik secara akademik maupun personal. Ini pengalaman yang sangat membentuk karakter profesionalisme kami, terutama dalam praktik fisioterapi global,” kata Raihan.
Pihak Mahidol University pun menyambut hangat para peserta program. Suasana belajar yang suportif, keterlibatan aktif dalam diskusi, serta pendampingan dari dosen dan klinisi menjadi nilai tambah dalam pengalaman mereka.
Di akhir program, kedua mahasiswa UMS berharap agar kerja sama ini dapat terus ditingkatkan.
“Semoga program ini bisa terus berjalan rutin dan makin banyak mahasiswa yang mendapat kesempatan serupa. Kami juga ingin berbagi ilmu dan pengalaman ini kepada rekan-rekan di UMS, sebagai bentuk kontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan dan layanan fisioterapi di Indonesia,” katanya.