Solo (ANTARA) - Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) fokus pada kesehatan dan nilai keislaman.
Wakil Dekan III FIK UMS Noor Alis Setiyadi di Solo, Jawa Tengah, Minggu mengatakan KKN tersebut melibatkan sebanyak 644 mahasiswa. Mereka ditempatkan di 55 desa pada enam kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.
“Kegiatan ini menjadi ajang kolaborasi interprofesional lintas program studi dalam menjawab tantangan kesehatan masa depan,” katanya.
Ia mengatakan KKN tahun ini mengusung pendekatan Interprofessional Collaboration (IPC) sebagai bentuk pembelajaran integratif yang telah diterapkan sejak 2018. Lokasi kegiatan tersebar di enam kecamatan, yakni Kartasura, Baki, Gatak, Mojolaban, Grogol, dan Polokarto.
Sebanyak 59 ranting Muhammadiyah dan enam cabang Muhammadiyah menjadi mitra lapangan.
“Sebanyak 644 mahasiswa ini berasal dari empat prodi, yakni Keperawatan, Fisioterapi, Kesehatan Masyarakat, dan Gizi. Semua bekerja sama sebagai satu tim lintas profesi. Meskipun ada desa yang memiliki lebih dari satu ranting, jumlah ranting keseluruhan mencapai 59. Di Polokarto misalnya, PCM-nya bernama Belimbing meskipun wilayahnya sama,” katanya.
Sementara itu, upacara pelepasan mahasiswa KKN Tematik FIK UMS telah berlangsung Sabtu (31/5).
Program KKN ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu pre-community pada tanggal 18 Mei-1 Juni, in-community tanggal 2-14 Juni, dan post-community tanggal 15-22 Juni.
“Saat tinggal di lokasi, mahasiswa akan berinteraksi langsung dengan masyarakat serta mengadakan edukasi kesehatan, intervensi gizi, pemeriksaan sederhana, dan penguatan komunitas berbasis nilai-nilai Muhammadiyah,” katanya.
Ia mengatakan KKN Tematik ini tidak hanya mengasah kemampuan profesional tetapi juga memperkuat nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan mahasiswa. Ia menambahkan bahwa peserta akan mengenal langsung Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) seperti sekolah, pondok pesantren, dan layanan sosial lainnya di ranting tempat mereka mengabdi.
“Ada dua tema besar yang kami angkat, yakni tema kesehatan dan tema AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan). Mahasiswa tidak hanya menguasai ilmu profesinya tapi juga memahami realitas Persyarikatan Muhammadiyah di akar rumput. Ini penting agar mahasiswa tahu bahwa di tengah masyarakat ada AUM yang aktif dan menjadi bagian dari solusi sosial. Pengetahuan yang selama ini mereka pelajari di ruang kelas akan dibuktikan secara nyata di lapangan,” katanya.
Ia mengatakan durasi tinggal di lokasi KKN disesuaikan dengan kalender akademik prodi kesehatan yang padat. Ia berharap KKN Tematik ini mampu mencetak lulusan yang bukan hanya ahli secara keilmuan, tetapi juga peduli terhadap masyarakat dan memiliki pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai Islam Berkemajuan.
“Karena pada 15 Juni sebagian mahasiswa sudah harus ke rumah sakit atau ke lapangan praktik, maka masa tinggal dibatasi dua minggu, tapi dua minggu itu sangat padat dan bermakna karena dibekali keterampilan berkehidupan langsung. Kami ingin mahasiswa FIK tidak hanya menjadi tenaga kesehatan, tetapi juga kader perubahan yang membumi dan berdedikasi,” katanya.
Sementara itu, Rektor UMS Prof Harun Joko Prayitno mengatakan KKN Tematik bukan sekadar program pengabdian tetapi juga merupakan sarana strategis untuk membentuk kedewasaan dan kemandirian mahasiswa dalam berinteraksi langsung dengan masyarakat.
“KKN Tematik itu hakikatnya untuk mendekatkan dan membumikan kedewasaan serta kemandirian anak dengan masyarakat sebagai sasaran langsung, melalui PRM, PCM, pertemuan-pertemuan Al-Islam Ke-Muhammadiyahan. Ini bagian dari upaya menjadikan mahasiswa sebagai kader dan pelopor bangsa,” katanya.
Ia mengatakan mahasiswa UMS harus menjadi pelopor perubahan, tidak hanya dalam bidang keilmuan tetapi juga dalam nilai dan keteladanan sosial. Sejalan dengan visi I’M UMS, yakni Islami, Mencerahkan, Unggul, Mendunia, dan Sustainability.
Harun menegaskan KKN Tematik menjadi wadah strategis untuk mencetak kader unggul yang mampu menebar kemanfaatan, menjunjung nilai keislaman, dan membawa pencerahan di tengah masyarakat. Mahasiswa tidak hanya dituntut menguasai kompetensi, tetapi juga menjadi pelopor UMS yang menginspirasi dan membumikan nilai-nilai kemanusiaan secara berkelanjutan.